Kamis, 28 Agustus 2008

KISAH HIDUP YANG TERCECER

CORET SEJENAK

KISAH HIDUP YANG TERCECER

BY

ALFONS RAHMAT


Ini hanyalah coretan disat aku jenuh merajut hidupku yang tersobek dan terkoyak atas keangkuhanku. Tenunan hidup yang kuurai seheli demi helai melewati hidup dan waktu yang menantang. Tetapi aku tidak pernah menyrah untuk birakan hidupku lebih kusut lagi., tetapi aku tetap berjuang demi mas depan ku yang masih suram. Yang walaupun pada titik tertentu aku sedikit menyerah dan lemah karean beratnya beban yang ku pikul. Langkah ku yang aku seret hampir aku tak bia melangkah lagi dan mel;aju melewati tantangan yang aku hadap. Ini hanyalah sebuah doa dan kolas bali perjalan hidup yang penuh denghan tantangan.
Usiaku yang sudah beranajak dewasa adalah usiaku yang cukup panjang, melwati usiaku yang tercecer dan terkoyak adalah jalan yang telah kulewati, hampir aku tidak pernah engecap ang namanya kebahagian karna yang ku peroleh dan kuraih adalah liku-liku hidup. Aku memang cocok dicap anak yang terbuang dan tercecer. Aku tidak begitu alam mendapakan kebahagian dan kasih sayang dari orang tua. Bahkan aku dibuang saja di dunia lalu dibiarkan mengurus dan mengurai sampai pada mempertahankan hidup yang penuh derita ini, sampai aku menemukan apa yang namanya bahagia. Kasih sayang tidak pernah aku dapat dan tidak bisa kuraih , yang ada dalam hidup ku hanyalah perjuangan yang tidak pernah berhenti sampai pada titik penghabisa. Itu pun aku berjalan bersama kakak ku yang slalu menemani aku. Mereak adalah oang tua ku, tidak ada kata yang lebih untuk tinggi untukuk memebri penghormatan kepada meraka selain selain ucapan teriam kkasih kepada yang maha esa atas kebaikan merweak pada saya.
Sekedar memutar kembali pita perjalan hidup saya sejak aku dilahirkan di dunia ini. Aku sufddah merekamnya dan tersimpan rapi sesuai kapasitas memori ku. Aku dilahirkan dari orang tua ku tepat pada tanggal 18 Juli 1983. Setelahj penantian yang begitu lama, lahirlah seorang bayi mungil, lucu dan imut yang diberi nama rahmat, kenapa Rahmat? Karena itu adalah anugerah terbesar dalam hidup orang tua ku. Sehingga diberi nama rahmat. Kehadiran ku memeberi kebhagian bagi mereka, tetapi kebahagian itu semakin hari-semakin pupus karean pada saati itu juga orang tua saya mulai sakit-sakit. Usia ku semakin hari semakin besar dan beranjak usia kanak-kana. Sekitar berumur tiga tahun perjalan dan perjuangan ayah ku didunia ini harus berakhir. Dia harus meninggalkan seorang ibu dan dua orang anak. Ibu, aku dan ka Rita. Tidak ada kata lin selain menyerah secra total kepda sang empouhnyua hidup. Bahwa hiduop ini memang tidak abadi, tidak kekal, hanya sementara saja. Dia harus pulang kepda Bapa di surga. Hidup didunia ini nbetul-betul tempat persinggahan sementara saja, ada saat memulainya hidup, berjuang dan mempertahankan dan ketika kita tidak lelah memepertahankannyakita menyerahlan sepenuhnya pada Allha bahwa kita tidak mampu lagi untuk bertahan. Hidup sepenuhnya ada dalam tangan Tuhan, terkadang Dia memegang erat,tetapi terkadang juga Dia membirakan kita melalang buanadan sampai melarat, la[par dan sengsara. Itu semua jalan-Nya dan cara-Nya untuk manusia. Sehingga pada akhirnya Dia memanggil untuk tinggal bersamana , di pangkuan-Nya
Hidup inii memang sementara saja, ada yang mengisis lorong-lorong langit ii dengan damai bersama yabng lain dan ada juga yang menampilkannya dengan berwajah suram dan sangar. Ada yang bahagia dan ada juga yang sedih karrena ditinggal oleh sahabat yang dicintainya. Itulah paradoks kehidupan. Semua itu adalh dinamika kehidupan. Jala ini memang ada yang berbatu, berlubang, jurang, berbengkok. Kita semua telah melewati bersama. Kita terantuk dan jatuh pada jlan yang berbatu. Hidup memang memebutuhkan perjuangan brat dan kerasTidak ada kata menyerah sebelum berjuang.
Pikiran ku semakin gila dan tidak terarah ketika aku tidak menemukan jawaban atas pertanyaan persoalan dalam hidup saya. Sampai aku bertanya apakah Tuhan itu ada? Kalau memeang ada jawabannya, maka Dia tidak adil. Kkarebna di saat usiaku yanbg masih kecil, kkira-kira berumur tiga tahun, orang tua ku meninggal. Di tengah kebahagian dan kebanggan yang kamo perolehmnyambut kehairan di tengah keluarga kkecil iin, orang tua ku menderita sakit yang berkepanjangan, yaitu sakit bertahun-tahun. Sebuah guncangan dan perkara yangf sangat sulit di atasi. Inikah yang namanya tantangan yang membutuhkan energy yang ekstra dan ketabahan yang tidak ada batasnya. Sunguh aku belum merasakan kasih sayabg dari orang tua ku. Tuhan, begitu cepat enkau panggil dia. Aku tahu bahw manusia ada awal dan akhir di dunia ini. Dunia adalah tempat persinggan sementara saja.Manusia adalah pengembara yang tertambat dan terdampar di pelabuhan bumi dan pada akhirnya kita kembali pada sang khalik, empuhnya hidup ini. Tetapi begitu teganya tuhan , kau memanggil dia terlalu pagi. Aku tidak mearasakan bangga dan senangnya hidup bersama ayahku. Dia pergi meninggalkan kami betiga, Ibu, Kak Rita dan Aku sendiri.
Sungguh perjuangan hidup yang penuh dengan tantangan. Memepertahankan hidup adalah suatu pekerjaan yang tidak gampang. Berkat usaha keras dari ibu tercinta k, kami bisa masuk dalam dunia pendidikan. Ibu tidak pernah menyerh dan lekang, apalagi yang namanya letih dan lesuh kareean berat beban tanggungan keluarga, demi masa depan kami berdua. Ibu tidak pernah lari dari terikan matahari yang membakar kulitnya yang semakinhari semakin keriput berama usia. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana seroang ibu yang berjuang mencari nafkah tanpa seorang ayah. Disaat sperti itu ibu tetap menantang dan berani untuk tetap berjuang dan mempertahankan hidup.
Pada akhirnya juga ajal juag menjemput ibu ku yang selalu setia menemani kami berdua., merawat tanpa ada kata lelah, membesarkan sampai kami diantar dalam dunia pendidikan. Tuhan, dosa dan salh apakah yang ada dallm diri orang tua ku? Mngapa kau panggil dia begitu cepat? Aku belum puas tinggal bersama mereka. Aku belum bisa hidup sendirian tanpa bantuan dari orang tua ku, aku anak yang lemah, lagian aku masih belum dewasa. Siapa yang memebri aku makan dan memelihara aku untuk bisa menjadi anak yang dewasa, seperti orang yang lain tumbuh dan dibesarkan bersama orangtua mereka. Sadissss sadisssss benar hidup ini. Kakak ku waktu itu masih kulia di STKIP St. Pauluis Ruteng. Sementara saya, masih sekolah di SLTP St. Stefanus Ketang. Sungguh pergulatan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku sangat terpukul dan gairah hidup sudah tidak ada lagi ketika orang tua ku tidak ada lagi bersama kami.Begitu kejamnya hidup ini, hidup tanpa orang tua sungguh menyakitkan, hampa dan asa ku hampir tidak ada.
Sesaat aku bertanya, mapukah saya berjalan dan memertahankan hidup ini? Atau kah aku harus mengulurkan tangan ini untuk meminta bantuan pada orang lain, agar aku bisa melanjutkan sekolah ku di SMU St. Klaus. Masih adakah jalan tuhan yang setia membimnbing aku dalam jalan yang benar. Niat ku untuk melanjutkan di SMU sungguh sangat tinggi, tetapi itu terbentur dengan ongkos kuliah ku. Karena setahun setelah ibu ku mneinggal kaka ku menikah, dan harus meninggalkan aku sendirian di Manggrai karena mereka harus tinggal di Bali. Hidup ku tambah sepi sendiri, tanpa orang tua dan kakak. Impian dan doa ku sudah terjawab oleh Tuhan, karena mulai aku masuk di SMU St. Klaus kakaku rela membiayai aku sampai aku tamat dari sekolah itu. Harapan ku sedikitmnua terkabul. Meskipun tidak ada orang tua, tetapi kakak ku yang baik hati rela menghidupkan aku untuk melanjutkan sekolah ku di ST. Klaus. Selam tiga tahun aku didekap di kompleks yang jauh dari peredran orang yang rami, disana aku mengejar ilmu demi masa depan ku yang masih suram. Tidak satu pu keluarga ku yang pernah mengunjungi aku disana. Aku selalu sendiri, dan ditemani oleh teman-teman sekolah ku. Setiap Bulan aku pasti telpon kakak ku unutk meminta bantuan mereka unuk biaya sekolah dan asrama ku. Tidak ada kata menolak setipa klai aku menminta jata ku setiap bulan . Berapapun aku minta sesuai dengan kebutuhan aku mereka pasti kasih. Sungguh baik mereka pada ku, aku tidak bisa membalass semua kebaikan kaka ku, aku hnaya membalasnya dengan membaca banyak dan mencari pengalaman sebayak pula. Aku merasa utang budi dengan ebaikan mereka. Aku merasa bangga dengan kebaikan kakak ku. Aku hanya berpikir bahwa kaka ku tidak pernah memperhatika kebutuhan mereka hnay demi aku. Tuhan mereka erlalu baik untuk aku. Berkatilah mereka agar selalu memberikan mereka rejeki yang berlimpah dan kebnaikan di curahkan kepada mereka.
Perjalan tiga tahun sekolah ku sudah selesai, dan aku masih berpikir, kemana setelah tamat? Apakah tinggal di kampung atau melanjutkan kuliah di perguruan tinggi? Kalau pilihannya lanjtu kuliah siapa yang memebiayai? Masih adakah kebaikan yang diberikan oleh kakak ku kepada aku? Tuhan masihberpihak pada aku dan memberikan kesempatan pada aku untuk melanjutkan kuliah. Walu dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan, kakak ku memaksa keadaan untuk melanjutkan kuliah di STKIP St. Paulus Ruteng. Mereka adalah orang tua ku yang setia membimbing aku sampai aku selesai kuliah. Ditenah hiruk pikuk membiayai aku, adik saya Rio sakit. Dia menderita Autis. Hilang komunikasi dengan orang lin, dia hanga bergulat dengan dunianya sendiri. Sungguh ujian yang tidak pernah selesai dikerjakan. Datangnya bertubi-tubi atas keluarga kami. Aku sejienak berpikir, apa salah dan dosa kami? Kenapa hanya kami yang menanggung salib Mu? Sampai kapankah penderitaan ini berakhir? Tuhan kami tidak sanggup lagi untuk berdiri dan melanjutkan untuk membawa salib ini. Bantu dan angkatlah kami, sembuhkan adik saya yang skit Autis.Dia juga anak yang kau ciptakan. Jadikan Rio anak yang normal seperti anak manusia lainnya yang seumur dengan dia. Jamahlah dia agar dia bisa berbicara dan bertumbuh sesuai dengan kehendak mu. Dia sekarang tinggal di Panti Autis. Dia sendirian dasana, tanpa kedua orang tua yang memelihara dia. Dia ditipkan disana untuk mendapat terapi agar dia bisa berbicara. Sungguh kejamnya dunia ini, anak seumur dia sebenaranya selalu mendapatkan kebahagiannya bersama orang tua. Mendaptkan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi apa yang terjadi. Dia harus tidur senirian di kamaranya, tanpa asupan dan belaian kasih sayang dari orang tua. Aku tidak tahu, bagaimana kalau dia menangis pada malam hari? Apakah perawatnya masih memperhatikan dia layaknya perhatian dari orang tua? Tuhan perhatikan anak mu ini, Dia sangat menderita dngan penyakit yang digelutinya. Aku juga jarang melihat dia, karena jam kunjungnya terbatras hanya pada hari Minggu pertama dan ketiga. Tidak ada keluarga yang kunjung sampai sekarang. Hanya saya saja itu pun hnaya dalam beberapa jam bertemu dengan dia. Tuhan dia masih kecil, peliharalah dia agar dia tumbuh menjadi anak yang normal. Kami serahkan seutuhnya pada tangan mu Tuhan.
Persoalan kaka ku adalah persolan saya juga, aku tidak terlepas dari mereka. Aku adlah anak mereka.dan merekas adalh orang tua ku. Kasih mereka melebihi apa yang saya peroleh dari orang tua saya.
Di tengah pergulatan persoalan itu, mereka tidak melepaskan aku sendiri. Mereka terus membiayai aku agar kelak menjadi orang yang berguna bagi diriseniri dan bisa membiayai kaka ku dan adik ku yang sedang sakit. Aku tidak janji kak, hnay berserah pada Tuhan semoga aku tidak akan menjadi amnusai pengkianat dan pecundang. Sanggupkah aku membalas semua kebaikan kakak ku, pengorbanan mereka tidak pernah dihitung untuk aku. Sungguh sifat sosial yang tidak pernah aku byangkan sebelumnya dalam hidup aku. Mereka benar-benar hidup unutk orang lain. Aku juga merasa berdsosa dengan tindakan saya yang tidak melihat keadaan ekonomiu mereka. Aku sangat egois dalam segala tindakan. Bissakah saya menjadi seperti mereka? Itu adlah sebuah pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Aku hanya menjlanakanhidup ini semoga Tuhan masih berphak pada saya, agar aku bisa melihat kebaikan dari kedua kakak saya KA EDU AND ENU RIT.